Sporting Regulation di MotoGP, Efisiensi Waktu dan Cegah Kecurangan

1
Perubahan-Regulasi-MotoGP-2016
Regulasi MotoGP 2016 yang baru antara lain mengatur soal balapan yang di restart karena ada force majeur seperti perubahan kondisi cuaca atau masalah teknis di lintasan (selain ceceran oli dan insiden pembalap). Di regulasi baru disebutkan ada perubahan saat pembalap masuk ke jalur pit, tak boleh lagi mematikan mesin motor. Foto: Bridgestone

Spanyol (naikmotor) – Seperti yang sudah kami janjikan sebelumnya tentang tiga basis besar perubahan regulasi di MotoGP, (Baca Dibuat Seru, Regulasi MotoGP 2016 Banyak yang Baru ) Bagian pertama yang ingin kami ulas adalah soal Sporting Regulation.

Regulasi ini mengatur tentang jalannya balapan. Tapi yang kami sajikan hanya perubahan besarnya saja. Selebihnya tidak ada perubahan alias sama saja dengan apa yang diterapkan tahun ini.

Perubahan besar yang pertama adalah balapan yang di restart karena ada force majeur seperti perubahan kondisi cuaca atau masalah teknis di lintasan (selain ceceran oli dan insiden pembalap). Di regulasi baru disebutkan ada perubahan saat pembalap masuk ke jalur pit, tak boleh lagi mematikan mesin motor.

Artinya, meski ada pemotongan jumlah lap nantinya, namun bisa diminimalisir. Lantaran saat balapan diinterupsi atau ditunda, mesin motor tak dimatikan dan tak butuh waktu lama di pit lane. Kemudian mekanik yang ditugaskan di grid start pun hanya boleh satu orang saja. Mengingat tak ada lagi sesi yang sama antara sighting lap (sebelum menuju grid start) dan warm-up lap (sebelum start).

Untuk kelas Moto3 dan Moto2, ketika balapan harus ditunda sebanyak dua kali, panjangnya balapan setelah balapan yang sebenarnya berlangsung adalah sebanyak 2/3 dari balapan awalnya. Minimal jumlah lap untuk penundaan balapan adalah 5 lap. Misalnya balapan harus ditunda, minimal penghitungan lamanya waktu penundaan setara minima 5 lap. Dari 20 lap, maksimal balapan bakal berlangsung selama 14-15 lap.

Aturan selanjutnya adalah tentang adaptasi dengan sirkuit yang baru. Ini berlaku untuk semua kelas dan bagi pembalap yang baru bertarung di kelas MotoGP dan belum pernah menjajal salah satu atau beberapa sirkuit yang ada. Mereka diperbolehkan untuk menjajal sirkuit tersebut. Syaratnya tidak boleh menggunakan motornya di MotoGP. Aturan ini dilakukan, agar pembalap baru tersebut tak melakukan kecurangan dengan nyolong start.

Pembalap tersebut hanya bisa menggunakan motor produksi massal yang sudah mendapat homologasi dengan kapasitas yang sama. Misalnya di kelas MotoGP, pembalap boleh menggunakan motor superbike 1000 cc yang sudah dihomologasi. Begitu juga di kelas Moto2, pembalap hanya diperbolehkan melakukan adaptasi menggunakan motor 600 cc dari motor supersport yang sudah dihomologasi.

Regulasi selanjutnya adalah tentang penggunaan jumlah mesin yang melebihi alokasi dalam satu seri. Untuk kelas Moto3 dan MotoGP, pembalap hanya boleh menggunakan 1 mesin tambahan. Kalau menggunakan dua mesin tambahan maka bakal dikenakan sanksi penalti. Kemudian mesin kedua tersebut harus jadi tambahan mesin di seri selanjutnya.

Intinya, sporting regulation yang ditetapkan Dorna Sports dan FIM untuk memberikan efisiensi dan penurunan budget, serta memperpanjang show event, meski terjadi kondisi force majeur. (Spy/NM)

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here