Suka Duka Mario Iroth Naik Motor dari Bandung ke Paris

0
Mario-Iroth-Wheel-Story-3
Mario Iroth menceritakan suka duka perjalanan naik motor dari Bandung menuju Paris dalam Wheel Story 3. Foto: Istimewa

Jakarta (naikmotor) – Dalam menempuh perjalanan bermotor dengan Benelli bn600, menempuh jarak 24.120km banyak pengalaman unik yang dialami Mario Iroth.

Perjalanan yang menghabiskan 1.000liter bahan bakar bensin beroktan rata-rata 92, turut pula menghabiskan satu set kampas rem depan, 2 set kampas rem belakang, dan satu set kaampas kopling, serta ganti oli 3 kali (Castrol Power1).

Dan perjalanan melintas 14 negara Asia, dan Eropa, dalam 174 hari, diawali dari Parijs van Java-Bandung, 21 April 2015, hingga Paris Perancis, 12 Oktober 2015 itu, dilanjutkan ke 2 negara tambahan, Belanda dan Belgia atas undangan TV nasional di sana.

Kisah uniknya dimulai dengan jaket riding yang digunakan Mario merupakan produk dalam negeri, Respiro Velocy. Padahal menurut Teddy Suryadi Marketing Communications Respiro, “Jaket yang digunakan Mario (Respiro Velocy), pernah ditolak salah satu APM, sebagai riding gear aksesoris mereka.”

Sementara Steven Kencana, Director Benelli Motor Indonesia, mengungkapkan, “Motor BN600 yang kita serahkan ke Mario, sudah menempuh 15.000km, sebelum perjalanannya dimulai. Dan bahkan kategorinya adalah streetbike bukan adventure yang lebih sesuai untuk perjalanan Mario, seperti pada Wheel Story sebelumnya ke Indonesia Timur kita menyediakan trail. Kita lebih mengkhawatirkan keselamatan Mario daripada motornya.”

Menurut Mario, kondisi jalan yang paling menyulitkan justru jalur Lintas Timur Sumatera, dibandingkan perjalanan di luar negeri. Banyak kubangan dalam, maklum saat itu di penghujung musim hujan, hingga motor pernah ‘jumping’ setengah meteran ketika sebuah lubang tak terantisipasi.

Ketika menyebrang ke Malaysia dengan ferry, sempat disangka TKI oleh para TKI yang sama-sama menggunakan jasa ferry tersebut. Bahkan dianggap ‘belagu’ karena bawa masuk motor ke negeri jiran. Setelah dijelaskan barulah mereka berbalik kagum dan bangga kalau ada anak muda yang membawa harum nama bangsa.

Di Myanmar yang baru terbuka terhadap motoris lintas negara, Mario orang asing ke 18 yang melintas dengan motor.

Di India, dengan kondisi lalu lintas lebih parah dari Indonesia, meninggalkan banyak baret pada side bag motor Mario. Selain itu, kurang higienis soal produk makanan. Tetapi justru Mario terkena diare karena kebanyakan makanan.

Akhirnya 2 bulan dihabiskan di India termasuk sakit diare. Untuk pertama kalinya motor dikirimkan secara kargo ke Iran. Tetapi motor sempat tertahan di cukai Iran, karena regulasi Iran hanya sepeda motor di bawah kapasitas 250cc yang beredar di sana.

Tak hilang akal, motor dibawa dengan pikup sejauh 20 km ke luar pelabuhan. Barulah menjelajah Iran. Tantangan di Iran lainnya suhu panas 52 derajat dan kering. Mario beberapa kali menderita mimisan.

Sebaliknya ketika menyebrang ke Turki, justru musim dingin menerpa dengan suhu siang hanya 12 derajat. Sempat ditilang Polisi Turki, karena speeding di atas kecepatan yang diijinkan 90 km/jam, Mario tertangkap memacu hingga 140 km/jam dan wajib membayar denda USD60 di bea cukai. Uniknya petugas cukai terlupa menagih denda, karena tahu Mario dari Indonesia.

Selepas Turki, Mario memutuskan memasuki Eropa melalui Yunani. Karena Eropa Timur lainnya sedang krisis banjir pengungsi. Tetapi justru Yunani pun tengah krisis ekonomi sehingga banyak demo.

Padahal Mario tengah berharap secepatnya ke Italia, untuk perpanjangan visa beberapa negara yang akan dituju. Sehingga dari Istambul ke Yunani dipaksakan ditempuh dalam 24 jam, dengan kecepatan tinggi. Keberuntungan tengah berpihak padanya ketika tiba di pelabuhan Yunani pada saat bersamaan ada ferry yang bersandar. Padahal jadwal ferry itu tiga hari sekali melayani Yunani-Italia.

Dari Venesia, Italia, lalu ke Pesaro kota Benelli dan kota tempat Rossi remaja sempat balap liar. Pesaro menjadi tempat pengecekan akhir motor, dan ganti oli terakhir, serta belum ganti hingga kembali ke Indonesia.

Perjalanan dilanjutkan ke Austria, dan ketika berkemah di pegunungan perbatasan Italia, Mario terkena badai salju. Kondisi pun berubah dari hijau pegunungan akhir musim panas menjadi putih salju., saat itu Agustus akhir. Perjalanan berhenti karena salju di Alpen tak bisa dilalui motor.

Ketika tiba di Jerman, perpanjangan visa. Berikutnya, Mario tak melewatkan Swiss, yang memiliki pemandangan indah. Perjalanan pun memasuki babak akhir, ketika Mario masuk Perancis dari lembah Mount Blanc dan langsung menuju menara Eiffel, Paris.

Dalam perjalanan Mario pernah memacu hingga 205km/jam di Autobahn, tol di Jerman tanpa pembatasan kecepatan. Tetapi itu dimungkinkan karena menggunakan bensin dengan oktan 100.

Bobot motor dengan bawaannya, sekitar 260kg, belum yermasuk pengendara dan pembonceng. (Afid/nm)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here