Bukan sekadar soal daya, tapi juga bobot baterai yang harus tetap ringan, kecepatan penggantian baterai layaknya pengisian bahan bakar saat balapan, serta biaya pengembangan yang tidak sedikit.
Profesor Sylvain Charlat, sosok yang memimpin proyek, menjelaskan bahwa kunci utama ada pada keseimbangan antara berat baterai, waktu pengisian, serta seberapa sering baterai perlu diganti sepanjang balapan.
Estimasi biaya pengembangan sendiri diperkirakan mencapai 1 juta Euro atau sekitar Rp17 miliar!
Tak hanya soal teknologi, misi Tim Sigma juga menyoroti aspek lingkungan. Mantan anggota tim, Alexis Bosson, menyebut bahwa dunia balap menghadapi tekanan besar terkait isu keberlanjutan. Proyek ini ingin menunjukkan bahwa balap motor bisa tetap seru, berkelas, namun lebih ramah lingkungan.
Jika mereka berhasil, Tim Sigma akan mencetak sejarah sebagai tim pertama yang membawa motor listrik bertenaga baterai ke ajang Le Mans. Apakah mereka akan berhasil? Waktu yang akan menjawab. (Yuka/NM)