Ia juga menyoroti potensi besar antara industri otomotif dan ekonomi kreatif. “Sektor otomotif sangat bersentuhan dengan EKRAF. Kita harus mendorong brand-brand otomotif di Indonesia menampilkan karya seni dari para kreator lokal di pameran-pameran besar,” tambahnya. Ia memberi contoh kolaborasi MaxDecal dan Yamaha yang pernah menampilkan IP lokal.
Irene mendorong kreator IP lokal untuk semakin aktif menjalin kolaborasi.
“Bayangkan, Indonesia adalah pasar sepeda motor paling besar di dunia. Kita harus mendorong kolaborasi ini karena konsumen sepeda motor sekarang ingin tampil unik, tidak mau yang biasa-biasa saja, seperti melalui stiker-stiker karya para kreator lokal,” katanya.
Saat membahas kolaborasi EKRAF dengan MaxDecal, Irene menekankan pentingnya melihat sosok penggerak di balik sebuah brand.
“Sebelum melihat MaxDecal, saya melihat di belakangnya dulu siapa. Karena IP-nya sebagus apa atau brand-nya sebesar apa pun, semua tergantung manusia penggerak di belakangnya,” jelasnya.
Mengenai pendaftaran IP, Irene menegaskan pentingnya proteksi sejak dini. “EKRAF hadir untuk mempermudah, karena kami tahu proses legal sering dianggap ribet oleh kreator. Proteksi harus dilakukan dari sekarang, jangan menunggu IP menjadi besar,” tegasnya.(Yuka/NM)





