Ketika PP IMI ‘Menyelamatkan’ Kejurnas Balap Motor 2015

0
Kejurnas-IP150-PP-IMI-2015
Kelas IP150 Kejurnas Balap Motor 2015 seri 1 kemarin banyak diikuti peserta dari tiga merek yang berbeda, Honda, Yamaha dan Suzuki. Kelas ini membutuhkan regulasi yang jelas khususnya penggabungan motor sportbike dan bebek. Foto: Arif

Sentul (naikmotor) – Seri kedua Kejurnas Balap Motor 2015 usai digelar di Sirkuit Sentul, akhir pekan kemarin (8-9/8/2015) dengan melombakan lima kelas Kejurnas, Supersport 600cc, Sport 250cc, IP125cc, IP110cc dan IP150cc.

Seri kedua Kejurnas Balap Motor 2015 juga menjadi seri pertama diputarnya Kejurnas Balap Motor Bebek 2015. Ya, PP IMI dengan tegas menyebutkan bahwa kini namanya bukan balap Indoprix lagi, tapi Kejurnas Balap Motor Bebek 2015.

“Dengan segala kekurangan yang ada termasuk minimnya sponsor, kita ingin menyelamatkan dunia balap motor di Indonesia dengan menggelar kejurnas. Kompetisi harus jalan terus dan kita harus punya juara nasional,” sebut Frans Tanujaya, Kabid Olahraga Roda Dua PP IMI.

Tidak tampak kemeriahan layaknya event dengan nama embel-embel kejurnas, apalagi sampai tayangan langsung di TV seperti tahun-tahun sebelumnya bila Indoprix digelar. Lebih ramai event komunitas seperti track day.

Biaya pendaftaran untuk peserta yang terdaftar sebagai pembalap resmi Indoprix yang terdaftar di PP IMI digratiskan termasuk bahan bakar, sementara biaya subsidi pembalap ditiadakan.

“Betul, kita bukan mengambilalih kejurnas lho ya, tapi menyelamatkan kejurnas balap motor ini, sebagai salah satu tugas PP IMI untuk tetap menggulirkan kompetisi meski dengan ketiadaan promotor dan sponsor,” lanjut Robert Tamara, Sekjen PP IMI yang hadir Minggu, (9/8/2015) di Sentul.

Kelas sport, Supersport 600cc dan Sport 250cc tidak menimbulkan masalah berarti, hanya di kelas bebek yang sempat mengundang protes para manajer dan pemilik tim. Awalnya adalah tidak keluarnya nama tim di result lomba pada Sabtu (8/82015). Nama tim di result lomba adalah satu hal yang perlu sebagai salah satu bukti keikutsertaan mereka di balapan tersebut khususnya kepada sponsor.

Para tim Indoprix mempertanyakan biaya entrance team sebesar Rp 1,5 juta yang diedarkan OC merujuk pada buku peraturan lomba, di mana tercantum biaya tersebut untuk satu seri, namun akhirnya direvisi untuk seluruh putaran.

Setelah berdiskusi dengan pihak PP IMI, akhirnya diputuskan biaya tersebut ditiadakan dengan keharusaan membuat surat pernyataan keberatan atas biaya tersebut.

Bukan tanpa alasan mereka protes soal biaya. Lamanya kompetisi yang harusnya bergulir April, baru terlaksana Agustus, pun itu dengan kondisi yang alakadarnya, jauh dari kesan titel balap bebek paling bergengsi, hiburan pendukung termasuk tayangan TV seperti biasanya.

“Idealnya entrance team itu memang kita bayar, pun di event internasional seperti ARRC pun ada keharusan membayar biaya tersebut. Tapi sudahlah, kalau sudah kesepakatan demikian.  Yang saya pertanyakan justru ke arah yang lebih penting, misalnya warm-up untuk Supersport 600 agar diadakan jangan di pagi hari, mengingat kondisi trek masih kotor dan juga dingin termasuk bila masih ada embun. Itu yang lebih penting untuk safety pembalap juga,” sebut Ibnu Sambodo, pemilik tim Kawasaki KYT Rextor Manual Tech.

Meski sempat disanggah oleh race direction dengan alasan sudah biasa dari tahun-tahun sebelumnya, akhirnya permintaan memundurkan jadwal warm-up Supersport pun dikabulkan.

Soal regulasi kelas IP150 juga mendapat banyak menimbulkan komentar khususnya digabungnya motor kenis sport bike dan bebek termasuk penghitungan poin sebelumnya. Kelas IP150 di seri ini merupakan penggabungan kelas sport 150 yang biasa digelar di IRS serta Indoprix tahun sebelumnya dengan diikuti  25 starter dari merek motor berbeda masing-masing Yamaha R15 (8), V-Ixion (1), MX-King (3), Suzuki Satria FU 150 (2), Honda CBR (2) dan Honda CB150R (9).

“Penyelenggara” sdg suka mereset bukan meriset. Contohnya IRS sport 150, menjadi sport seri 1 di seri sebelumnya telah dipadamkan. Gantinya menjadi IP 150 “sementara dianggap resmi di seri 1 Indoprix ini,” komentar Astra Motor Racing Team dalam laman facebook resminya.

“Kita memang belum fokus ke Sport 150 meski ada R15, kita maunya kalau ikut IP 150 ya motor bebek saja, jangan dicampur dengan sport bike. Kita tunggu tahun depan dan juga partisipasi merek-merek lainnya khususnya mengenai regulasi di kelas ini, “ ujar Supriyanto, Manajer Motorsport Yamaha Motor Manufacturing Indonesia.

Regulasi IP150 butuh pembahasan lebih jelas dari aturan teknik seperti bobot motor termasuk modifikasi yang diperbolehkan agar tetap diminati, bukan sekadar di sirkuit besar semacam Sentul namun hingga sirkuit permanen lebih kecil lainnya tempat kelas ini dipertandingkan.

Nah, bagaimana dengan seri selanjutnya yang akan dipentas di Sirkuit Sentul Karting 22-23 Agustus mendatang? Pasti akan lebih seru. Mungkin saja ada gelombang protes lagi atau justru persaingan meningkat khususnya di kelas IP150. (Arif/nm)

LEAVE A REPLY