Test Ride Perdana Honda Super Cub C125 Jakarta – Cirebon, Ini Data-datanya

0
Test Ride Perdana Honda Super Cub C125
Test Ride Perdana Honda Super Cub C125 Jakarta - Cirebon. Foto: Istimewa

NaikMotor – Libur Natal kemarin dimanfaatkan kami untuk melakukan test ride perdana Honda Super Cub C125 Jakarta – Cirebon. Sejak unit  diterima pada 18 Desember lalu dari Wahaha Honda, trip meter digitalnya telah mencatat 98 Km sebelum melakukan perjalanan berdurasi 8 jam, Sabtu (22/12/2018) lalu.

Sebelum keberangkatan test ride perdana Honda Super Cub C125 Jakarta – Cirebon, Ini Data-datanya, malam sebelumnya berkesempatan melakukan night ride bersama komunitas C’Duck Astrea serta Penjinak Unggas dari Bogor. Kami berangkat Sabtu Subuh sekitar 04.30 dari Cipete melalui jalur Kalimalang – Bekasi –  Cikarang sampai Karawang yang masih lumayan padat. Kami tidak meneruskan ke Cikampek, namun  memutar menuju jalan alternatif ke Purwakarta untuk selanjutnya masuk Wanayasa dengan jalanan relatif sepi serta kontur jalanan berkelok  melewati pedesaan.

Tiga jam berkendara dengan segala kepadatan di jalur utama, akhirnya kami memutuskan berhenti di sekitar Wanayasa menyantap nasi kuning dan menikmati kopi. “ Bagus modifikasinya Mas kayak C70, tapi kok swingarm-nya lain ya?”tanya seorang warga. Akhirnya kami jelaskan soal profil motor ini dan mempersilakannya untuk mengambil gambar. Tentu saja, banyak pertanyaan sama setiap kali berhenti dan kami sudah siapkan jawabannya.

Tripmeter telah menunjukan angka 130 Km dan indikator bahan bakar pun kedap-kedip. Kami masih ingat, pada malam sebelumnya, kami menambah 2,7 liter sebelum dipakai keliling Jakarta dalam night ride dan kembali diisi full 2,7 liter juga.

Kami melanjutkan perjalanan menuju Jalan Cagak Subang dan berhenti mengambil foto di kebun teh.  Segelas es kelapa muda kami teguk, itung-itung imbalan penjualnya yang mengambil foto saya. Rute kami selanjutnya menuju Sumedang mencari  variasi jalan lain khususnya di daerah Tomo yang bergelombang dan berkelok-kelok. Bantingannya masih nyaman  meski berkali-kali menerjang lubang dan enteng secara handling berkelit di kepadatan Tomo yang penuh dengan truk dan bis. Hanya pedal rem yang sempat menggerus aspal saat menikung tajam ke kanan.

Masuk Majalengka kami memiih jalur kota untuk tembus ke Sumber Cirebon dengan pertimbangan masih banyak pohon rimbun di pinggirnya dengan aspal yang masih mulus. Tiba di Kota Cirebon di tripmeter tertera 287,6 Km pukul 12.21 WIB serta penunjuk bahan bakar sudah berkedip. Total durasi perjalanan kami  test ride perdana Honda Super Cub C125 adalah kurang lebih 8 jam dengan konsumsi bahan bakar rata-rata 1:57 liter. Selama perjalanan, kami mencoba konstan di kecepatan antara 60-80 Km/jam. Oiya, kapasitas tanngki BBM motor yang berbanderol Rp 55 juta tersebut adalah 3,7 liter.

Istirahata makan Nasi Jamblang, kami berboncengan menuju Kota Kuningan berjarak 35 Km dari Cirebon. Sayang, selama di Kuningan, kondisi cuaca kurang bersahabat karena mendung sehingga tak banyak yang kami bisa eksplorasi ataupun mengambil gambar. Hanya kami menjajal ke jalanan tanah dan berbatu menghindari kepadatan jalur utama di musim liburan.

Rute pulang dari Kuningan menuju Jakarta pada Selasa (26/12/2018) memakai rute Sumber – Majalengka – Cikamurang  – Subang –Karawang dan berhenti di Bekasi Grand Wisata sejauh 267 Km. Hampir separuh perjalanan juga diguyur hujan, membuat kami tidak bisa mendokumentasikan gambarnya.

Semalam di Bekasi, kami besoknya menuju Wahana Honda Gunung Sahari untuk melakukan servis perdana di line khusus Pit Express untuk motor-motor premium Honda.  FYI, setelah servis ini, kami juga mengujinya ke Sukabumi bersama acara CSR Wahana Honda ke Desa Ciwangun. Total test ride perdana Honda Super Cub C125 Jakarta – Cirebon  – Kuningan – Jakarta adalah 668 Km.

Dari keseluruhan performa yang kami rasakan, C125 tidak berbeda dengan umumnya motor bebek lain, hanya masuk tanjakan butuh ancang-ancang lebih. Di antara kelebihannya yakni nyaman di jok yang empuk dan lebar, jadi tidak terlalu pegal bila dipakai jalan jauh. Posisi pengendara meski setang lebih rendah dibanding bebek biasa namun tetap ergonomis ditambah handgrip empuk. Dibanding Astrea Star yang kami miliki, ketinggian setangnya lebih rendah sekitar 3-4 cm.

Karena belum terbiasa, tuas perseneling yang dimensinya panjang membuat tapak kaki kita harus maju muncur ketika mengoper gigi, biasanya kalau motor bebek umumnya bisa menggunakan bagian tumit shiftdown.

Kekurangannya lebih ke fitur  menurut kami, seperti tidak ada handle di belakang kalau untuk menggeser atau memindahkan bodinya. Ada di bagian belakang jok tapi cuma untuk mengangkat saat posisi standar tengah. (Arif/nm)

LEAVE A REPLY