Catatan Track 10 Days Adventure 2016 Jakarta – Bukittinggi (1)

0
10 Dyas Adventure
Perjalanan 10 Days Adventure 2016 Track. Foto: Track

NaikMotor –  10 Days Adventure 2016  Jakarta – Bukitinggi oleh Trail Adventure Community Jakarta (Track) telah memasuki hari kedelapan sejak start yang dilakukan pada  17 September 2016.

Lokasi start yang awalnya direncanakan di beberapa tempat monumental seperti Menara Siger dan Lapangan Kalpataru, Lampung akhirnya mengalami pergeseran. Hotel Pelangi tempat menginap peserta menjadi saksi pelepasan Tim Adventure 10 hari ini.  Jarak yang demikian panjang menjadi alasannya. Namun hal tersebut tidak menyurutkan adrenaline para peserta yang sudah menantikan event ini sejak lama.

Sebanyak 18 orang peserta berada di garis start hari pertama yang menempuh jarak kurang lebih 222,5 KM.  Sedangkan tiga orang akan masuk di hari ke-3 di daerah Musi Banyuasin dan enam orang lagi di Entry point kedua yakni di hari ke-7 di Kawasan Lipat Kain, Pekanbaru Riau.  Peserta berasal dari DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat dan Jawa Tengah.

Warna baru begitu kental terasa dalam perhelatan 10 Days Adventure 2016. Selain dikemas dengan “branding” dan sponsor, pengaturan kegiatan kali ini lebih seru dibanding dua event sebelumnya. Mulai dari pengaturan jarak tempuh yang rumit, penggunaan perangkat GPS, perekrutan kru darat dengan beragam keahlian, pembentukan tim offisial, pemasangan decal motor peserta hingga kordinasi kepada instansi terkait.

Sehari sebelum pelaksanaan rombongan peserta disambut dan dijamu oleh 2 komunitas besar tuan rumah start yakni Trail Bikers Club of Bandar Lampung (TRIBAL) Lampung dan Bebas Trail Extreme (BE-TRIEX) Lampung.

Berikut catatan perjalanan Track 10 Days Adventure 2016  dalam dua bagian.

Perjalanan hari pertama yang diperkirakan akan berlangsung ringan ternyata meleset. Jalur paruh kedua di hari itu sudah menjebak peserta dengan single trek technical. Lintasan kebun kopi di kaki Gunung Betung menyajikan sensasi menarik.

Meliuk-liuk di antara rimbunnya dahan kopi membuat peserta bugar di hari pertama pengalaman adventure panjang ini. Kami pun sempat singgah sesaat menikmati kopi yang diseduh langsung oleh pemilik kebun. Nikmat tiada tara. Sebuah pengalaman langka yang tidak bisa dibeli dengan mudah.

Lepas dari jalur single trek kami disuguhkan jalur trek kering dengan ceruk dalam bekas ban mobil perkebunan diselingi beberapa anak sungai kecil.

Target rute hari pertama ini cukup jauh sekitar 222,5 km. Jalur seakan tak ada habisnya. Hujan di beberapa tempat menambah aroma adventure makin terasa. Danau Hijau Ulubelu, Lampung Barat menjadi pilihan tempat kami membuka tenda. Sebuah warung kecil menemani kami mengisi perut yang kosong tanpa harus memasak sendiri.

Di hari kedua peserta melanjutkan penjelajahan menempuh jalur yang tak kalah beragamnya. Rute yang akan dilalui adalah Ulubelu, Ulu Semong, Bandar Agung, Kaki Gunung Sekincau Belirang. Buat motor 4 tak lintasan macam ini tidak terlalu menguras tenaga sepanjang ban depan tidak terantuk hambatan. Namun untuk motor 2 tak semacam TS 125 lintasan macam ini jelas menguras tenaga dan emosi!

Sulitnya mendapatkan traksi ditambah jarak ban ke swing arm yang sempit melelahkan peserta. Motor-motor 4 tak dengan torsi kecil pun tak lantas mudah melibas jalur pulen semacam ini. Jalur empuk seperti ini memang menjadi makanan empuk bagi motor2 ber cc besar diatas 250 cc. Tapi kalau sudah diguyur hujan, sama saja kondisinya.

Wilayah lintasan yang berada di Muara Dua ini menarik. Pemandangan dinding pegunungan Bukit Barisan mulai tersembul terlihat indah. Kami juga sempat mencicipi menyeberang rakit, melintasi beberapa anak sungai kecil.

Lintasan open track lengket dan licin memaksa peserta mengakhiri perjalanan hari ini di Fajar Bulan, Suoh, Lampung Barat. Lagi-lagi kami belum mencapai BC 01 yang sudah ditentukan.

Memasuki hari ke-3 penjelajahan 10 Hari menuju Bukittinggi perjuangan para petualang jalur tanah semakin mencekam. Setelah dua hari mereka belum dapat mencapai Base Camp 01  karena kondisi jalur yang sangat panjang dan full jalur tanah merah lengket.

Demikian pula hari ke-3. Hujan ringan hingga sedang menambah perjuangan peserta semakin berat. Pergelangan tangan mulai keram menahan getaran setang ditambah harus menahan laju motor supaya tetap mendapat traksi.

Hal ini membuat Tim Support Car dan Offisial berdebar-debar menunggu kapan tibanya mereka di Base Camp. Sementara itu 3 peserta tambahan dari DKI Jakarta & Banten yang akan masuk di entry pertama sudah tiba sejak tadi malam.

Perjalanan hari ke-3 yang dimulai dari Blok II A Suoh Lampung Barat masih harus memakan waktu 7-8 jam lebih sampai peserta mendapat jalur on road untuk mempercepat menuju Base Camp 02 di Musi Banyuasin.

Grup pun terbagi menjadi beberapa kelompok kecil. Grup rider pertama berisi 4 orang peserta berhasil tiba di Jalan Lintas Suoh – Sekincau mendekati pukul 12 siang. Sedang grup kedua yang berisi lebih banyak rider justru tertahan oleh hujan di jalur Suoh menuju Sekincau tersebut.

Lintasan yang dilalui juga bukan sepenuhnya aspal. Sebagian besar masih berupa lintasan offroad. Itu artinya mereka harus berjibaku kembali.  Apa daya semua harus dijalani walaupun tenaga dan mental sudah cukup letih. Untungnya pemandangan indah di Pagar Dewa menghibur kami.  Senja di Pagar Dewa sambil memandangi alam membuat kami lupa sesaat akan letihnya badan.

Alhamdulillah dalam sisa malam yang sedikit akhirnya kami berhasil masuk ke wilayah baturaja dan bermalam di penginapan setempat.

Hari ke-4.  Rasa letih mulai menghinggapi peserta. Dalam sisa waktu yang tak banyak dan belum sampai ke BC 01, RC memutuskan mengambil jalur pintas melalui Jalur OKU (Ogan Komering Ulu). 4 orang peserta bergegas memutuskan gaspol onroad selama +/- 6 jam hingga akhirnya tiba di Sekayu pk 17.00 WIB.

Kloter terakhir memutuskan mengikuti arahan RC mencari jalan pintas (light offroad) melintasi perkebunan sawit di wilayah Talang Akar, OKU selepas daerah Pendopo jelang magrib hingga malam sampai akhirnya tiba di Sekayu pk. 21.00.

Cerita tentang seramnya jalan (malam) di OKU menghantui perjalanan. Bahkan rute di GPS pun sempat hilang, menambah perjalanan ini semakin mencekaaamm! Cerita OKU yang mencekam dengan kisah begalnya bahkan sempat didapat oleh kloter terakhir.

Namun kenyataan itu sirna ketika kloter terakhir lewat dengan aman. Walaupun sempat was-was. Bahkan ada seorang penduduk yang mau bersusah payah memandu kami. Hebatnya lagi tak mau diberi uang. Di beberapa tempat masyarakat menyambut dengan ramah tanpa bermaksud lain. Mungkin rombongan kami pun seperti rombongan lenong, hiburan bagi mereka di pedalaman.

Kasihan OKU sebagai bagian dari NKRI selalu disudutkan dengan cerita seram. Dampak pembangunan yang timpang. OKU Aman & Ramah. Mereka saudara kita juga.

Saat yang ditunggu-tunggu pun tiba. Perjumpaan dengan Support Tim di daerah Sekayu. Gembira, senang, lega bercampur karena kami bisa ganti pakaian, ganti helm motor pun di servis dengan layak. Bersambung (TRACK)

LEAVE A REPLY